Saya punya pengalaman tidak enak
hati dengan salah satu laundry yang tidak perlu disebutkan namanya. Istilah Pemberi
Harapan Palsu atau kerennya PHP cocok disematkan kepada pemilik usaha jasa cuci
pakaian ini. Betapa tidak, berulang kali mendatangi untuk mengambil pakaian
saya namun tak kunjung selesai.
“Bentar ya,” katanya. Saya tunggu beberapa menit sambil menikmati
terpaan matahari ke dekat pintu. Ia beranjak mengambil telepon genggam dan
mulai menekan layar menghubungi rekan satu timnya yang berada entah dimana.
Sayang, kerjasama koorporasi yang mengeruk keuntungan dari orang malas mencuci
ini tak berjalan mulus, tak ada jawaban.
“Nanti malam datang lagi ya bang,” sahutnya.
Lepas Magrib saya datang kembali
ingin menagih janji Mbak petugas jasa laundry. Sesampainya di sana, bukan
pakaian saya yang dapat, hanyalah pepesan kosong ditambah janji-janji manis. Ia
hanya meminta maaf dan menyarankan datang besok harinya.
Masalahnya, nota yang saya pegang
menyebutkan pakaian bisa diambil esok hari terhitung sejak saya antar. Ini
adalah hari keempat saya memutuskan untuk mengambil pakaian. Sebab sudah kadung
yakin tak bisa selesai sehari dengan paket cucian biasa.
Saya hanya bisa meratapi
kekesalan memakai baju yang kadung sempit eks perut masih datar akibat stok baju
sudah habis.
Pengalaman ini bukan sekali saja.
Beberapa usaha sejenis mengikuti contoh kurang baik. Sehingga saya memutuskan
menuliskannya di blog ini supaya tau bisa sebagai penyambung lidah rakyat.
Bagi para pemilik usaha laundry
dimana pun berada, saya ingin beri saran agar kekesalan ini tak berlarut-larut
dan menyelamatkan pelanggan Anda yang belum kena PHP. Tak menutup kemungkinan
ada juga yang sudah menerapkan saran ini, mohon maaf mengingatkan lagi, saya
kasih bintang lima saja.
Saya heran melihat telepon
genggam super cerdas hanya dipakai untuk menghitung berat timbangan dikali
tarif jasa kemudian menuliskannya ke selembar nota. Lalu menanyakan nama dan
bayar sekarang atau nanti.
Sederhana saja, mintalah nomor HP
pelanggan Anda. Hal ini bertujuan agar komunikasi yang baik dapat terjalin
antara jasa dan konsumen. Tapi jangan disalahgunakan untuk aksi modusin Mbak
atau Abang penjaga toko. saya tak tanggung jawab jika berujung ke pelaminan.
Pengusaha laundry lekas lah
bergerak mengikuti era 4.0 ini. Jangan lagi hanya menanyakan nama itupun kadang
bisa tertukar. Kebiasaan lain yang terjadi jika ada beberapa nama yang sama bisa dijamin Mbak
penjaga toko malah main tebak-tebakan.
“Boxer putih yang ada gambar Hello Kitty bukan ya,” memastikan
pemiliknya.
Walau bukan sales aplikasi
WhatsApp, saya menyarankan menggunakan ini untuk menjalin komunikasi. Sebab,
untuk menekan biaya produksi kalau memakai SMS atau telepon langsung dari
penyedia jasa telekomunikasi membutuhkan pulsa tidak sedikit.
Jika sudah mendapatkan nomor HP,
beritahulah perkembangan baju dan celana pelanggan Anda sudah memasuki tahap
mana. Tak perlu detail sekali seperti kapan mulai
pemisahan-rendam-cuci-jemur-packing. Cukup kapan selesai. Atau jika pada waktu
tertentu orderan sedang menumpuk kabari jika ada delay dari waktu siap yang
sudah ditentukan.
Meski tak selalu real-time seperti Real Count KPU yang lengkap, rinci, lama, kadang kala ada kesalahan input, kami para pelanggan Anda hanya butuh Quick Count sejauh mana pakaian kami diproses. Kami pun bersedia deklarasi ke teman debat bubur diaduk atau tidak, kerjaan bahwa merekomendasi jasa laundry saudara dengan layanan prima.
Sebagai konsumen tentu merasa
puas jika transparansi dibangun. Untungnya, usaha laundry tak dibiayai negara
meski sama-sama kategori pelayanan publik. Sehingga, tidak bisa saya lapor ke
Ombudsman Republik Indonesia. Om om yang satu ini tentu berkenan menerima
laporan jika ada warga yang dirugikan atas
tidak patuhnya terhadap standar pelayanan publik.
Tirulah bisnis ritel yang
menyediakan kartu member. Berguna untuk mengamankan pelanggan dari persaingan
bisnis serupa. Lagi-lagi menghemat biaya produksi dengan tidak perlu
mengeluarkan nota-nota seukuran tissue wajah setiap kali mengantar pakaian
kotor. Agaknya lebih panjang untuk kolom biaya, tanggal pengantaran dan selesai.
Bisa dipakai berkali-kali.
Jika ada rezeki berlebih boleh
lah buat diskonan dengan syarat menunjukkan kartu member. Tapi jangan giveaway baju
pelanggan lain, berbahaya.
Jika sudah terjalin komunikasi
yang baik, sesekali kirim pesan siaran bagaimana pendapat konsumen terhadap
jasa Anda. Apakah kurang rapi, parfumnya ditambah atau diganti jika
mengingatkan seseorang yang dulu pernah ada hati. Ini perlu untuk evaluasi
usaha Anda ke depan. Jangan mau kalah dengan abang ojol yang kita kasih bintang
setelah gunakan jasanya.
Terakhir yang tak kalah penting
adalah bertanggung jawab jika ada pakaian yang hilang. Suatu waktu, celana
jeans biru saya tidak ada dalam plastik usai mengambil dari laundry. Hal ini
baru diketahui usai sampai di kamar kost. Karena jarak yang terlalu jauh, esok
hari baru saya menanyakan kehilangan barang. Abang yang jaga hanya kebingungan
dan tidak bisa menjawab kemana ia pergi.
Nah, jika sudah mendapat nomor WA
seluruh pelanggan, bisa langsung mengirim pesan siaran apabila menemukan celana
dengan ciri-ciri sebagai berikut mohon diberitahu dan membawanya jika mengantar
pakaian kotor lagi. Atau dijemput oleh pihak laundry. Ini upaya yang bisa
dilakukan daripada hanya geleng-geleng kepala.
Kepada pengusaha laundry, lekas
lah berbenah!
0 comments:
Post a Comment