"Kamu lagi ngapain sih ? koq WA aku Cuma di read".
"Ya ampun sayang kamu pasti lagi sama cewek lain kan ?"
Sering denger kalimat itu ? biasanya di lontarkan dengan
nada sebel kayak lagi ngebersihin tokay kucing yang nempel di pinggiran sandal.
Ya , beberapa orang memang mempunyai kadar kecemburuan
tinggi kepada pasangan nya. Biasanya kadar cemburu itu bereaksi ketika si pacar
balas WA lama, atau ketika si cowok telat jemput , ataupun ketika si cowok
menua dan uring uringan gara gara nunggu cewek nya dandan pas mau kencan.
Sifat seperti itu sering kita dengar dengan nama
possesif. Sifat yang terlalu sayang kepada pasangan, tetapi dengan salah
mengartikan sayang tersebut. Kita memang di tuntut untuk berbagi kasih kepada
pasangan kita , tetapi tidak di tuntut untuk terlalu memiliki. Sebab diantara
pasangan masih mempunyai kehidupan masing masing. Sebenarnya Masalah utamanya sih
terletak pada krisis kepercayaan, logikanya seperti orang yang memelihara
burung. Burung akan jauh lebih berkembang ketika di beri kebebasan di alam,
tetapi ketika mereka berada di kandang dan di kurung insting hewani mereka
berkurang.
Awalnya memang manis berurai janji di haluan jalan cinta.
Tetapi seperti api yang berkobar kobar akan cepat habisnya bukan ?, di tambah dengan tidak
tersedianya stok kayu bakar. Sebab cinta yang di awali dengan semangat tinggi,
resiko berakhirnya pun tinggi. apalagi dengan kepercayaan yang belum di bangun
dengan kokoh. Dari sinilah awal mulai terciptanya suatu kadar sifat yang
bernama possesif.
Apakah cinta itu membuat seseorang buta dan tuli ,
sehingga menyampingkan rasa kepercayaan ketimbang kebahagiaan semata ? gue rasa
tidak, cinta hanya menyampingkan logika saja. Mereka masih bisa mendengarkan
omongan buruk masing-masing , masih bisa melihat mereka melakukan kesalahan
masing-masing, namun mereka tak pernah menghiraukanya. Seperti kata Mbah sudjiwo tedjo, pekerjaan
paling sia – sia adalah menasehati orang yang sedang jatuh cinta.
Cinta itu seringkali bikin logika kalah sama hati,
makanya banyak yang kadang terlihat gak masuk akal. Sah sah aja cinta banget
sama orang, tetapi jangan memikirkan kebahagian semu. Bangun lah cinta dengan pelan-pelan, dengan kesederhanan gak usah
bergebu gebu. Buat dulu pondasinya dengan kepercayaan, lalu mulai bangun sisi
sisnya dengan perhatian , tancapkan tiang nya dengan kemapaman lalu endingnya
kasih atapnya dengan pernikahan. Karena cinta yang sempurna itu seperti bentuk
rumah kita, yang bisa melindungi dari kepanasan , kehujanan serta menawarkan
kenyamanan.
Jadi menurut gue, awali lah cinta dengan kesederhanaan ,
biarkan mengalir pelan pelan. Sepertihalnya para pendaki gunung, mereka
melawati bukit demi bukit dengan pelan pelan tidak terburu buru, sebab meraka
tahu untuk menuju puncak butuh energy lebih, dan mereka tidak ingin cepat
menghabiskanya.
Karena cinta tidak untuk di genggam, tetapi cinta untuk
di peluk .