Friday, March 11, 2016

#MENEMUKANTEGAL


#MENEMUKANTEGAL

Pulang ke tegal adalah cara saya menertawakan kesibukan orang  jakarta, pulang ke tegal adalah cara saya melepas rindu kepada keluarga tercinta, dan pulang ke tegal adalah cara saya menikmati alam budaya nya tegal yang telah menjadi sebuah peradaban.

Minggu ini setelah libur kuliah saya memutuskan pulang ke tegal, hal yang jarang sekali saya lakukan pada liburan-liburan sebelumnya yang sering saya habiskan untuk bekerja. Selain untuk bertemu dengan keluarga ada satu misi yang saya ingin lakukan, saya ingin mengenal  lebih dalam budaya kampung tercinta. Entah dari sisi kultur, mindset masyarakat, atau pun kebiasan – kebiasan masyarakat  tegal dalam kehidupan sehari  hari yang tidak ada di daerah lain. Misi itu saya sebut dengan misi MENEMUKAN TEGAL.

Ketika kita menyebut kata TEGAL, yang terlintas dari pikiran semua orang adalah warteg, Warung tegal. rumah makan khas indonesia yang mengadopsi sistem touch scren untuk memilih makanan yang akan di santap. Hal ini juga yang menjadi inspirasi GEORGE  SAMUEL  HURST  untuk menciptakan sebuah sistem teknologi  yang ia terapkan di ponsel atau pc. Namun di tegal sendiri jarang kita temui ada rumah makan yang menamai nya warteg, entah apa penyebabnya sama sekali belum di selidiki.

Ada satu hal lagi ketika kita menyebut kata Tegal, yang terlintas di pikiran orang adalah orang Kampung, kalau yang ini sering saya dengar dari orang orang jakarta. prespektif dari orang kampung disini adalah orang yang norak,katrok. saya juga tidak begitu mengerti kenapa mindset para perantau tegal di sebut orang kampung. Mungkin karena banyak nya orang tegal yang menjadi kuli bangunan di jakarta. tapi itu tidak bisa serta merta langsung menjudge semua perantau tegal orang kampung.

Sekarang ini di tegal sedang menjamurnya kedai kedai kopi ala Amerika. Caramel mocachino, machiato, robusta, arabika mayoritas menjadi menu favorit di kedai kedai tersebut. Tetapi yang menarik adalah ketika kita datang ke kafe tersebut kita tetap akan merasakan tegal . Walaupun semua kedai kopi membuat semua konsep kedai nya ala cafe – cafe amerika. Dari yang daftar harga menggunakan Kode K setelah angka, ataupun tatanan ruangan nya yang mirip dengan cafe cafe di las vegas yang seperti di film film hollywood. Ada satu kejadian unik yang saya rasakan ketika datang ke sebuah kedai kopi di daerah stasiun tegal ( dekat SMA 1 Kota Tegal). Ketika kita masuk kedai kopi tersebut kita akan di sambut mbak-mbak waitres dengan Bahasa indonesia Aksen Tegal.  Bahasa indonesia aksen tegal itu konsep nya semua huruf vocal di panjangin. Contoh nya iya akan menjadi iyaaaaa. Ini benar benar menarik, karena semua trend yang masuk di daerah tegal akan tetap ada rasa tegal nya. Dan membuktikan masyarakat tegal masyarakat yang tidak akan bisa hilang dari kultur budaya nya.

Untuk itu dengan ada nya #MenemukanTegal ini saya akan berbagi kepada teman teman akan kaya nya budaya tegal. Dan saya juga akan mengubah pola pikir teman teman tentang tegal. Tegal bukan lagi daerah yang anti globalisasi, dan tegal juga bukan daerah yang serta merta menerima globalisasi tanpa memfilternya. Karena tegal adalah The hipster.
MRH.