Thursday, May 14, 2015

BUKAN LAGI KAMU


Terkadang tangis tak selalu mengurai luka, ia juga mengisyaratkan bahagia dalam derai air mata. Seperti saat ini, kala kau hadir di tengah-tengah sepi. Menegaskan bahwa tak bisa melupakanmu bukan berarti aku tak bisa menemukan cinta yang baru. Sebab rindu ini bagai pualam, aku harus membiasakan ia tergesek beragam rasa agar tetap berkilau tak seragam. Agar hati tak berubah menjadi jeruji tanpa warna yang bergantian menghiasi. Cinta, hadirmu ada, menyajikan suatu karunia.
Keluar dari peparumu yang menghimpit sesak, menyapu debu-debu masa lalu yang hinggap di sudut riak. Mendorongnya hingga kerongkongan, membereskan sisa janjimu yang masih menempel di perasaan. Bermuara pada mulut, mengumpulkan pahit, mengeja secara urut, membuang semua rasa sakit. Cuh! Ludah itu untukmu, dan semua masa laluku.
Melawan arus rindu yang biasanya, mengalahkan keinginan untuk mencintaimu selamanya. Menggedor beribu pintu, menawarkan cinta yang baru. Bersiap untuk berjuta kenyamanan yang hadir saat dipersilakan, berpeluk kembali pada setiap kecewa yang jatuh saat penolakan. Tak masalah. Bagiku itu lebih terpuji dari pada hidup di hatimu lagi. Sebab kini malamku, bukan lagi tentang kamu.
Ke tiap hati dengan semangat yang membuncah. Mencari yang paling tepat, kadang terlalu jauh mencari hingga melupa hati yang paling dekat. Menyusuri ruang penasaran terbaik, berpasrah akan kembalinya perasaan yang di bolak-balik. Berputar hebat merotasi waktu sebab telah datang pesona gugup menunggu hadir sebuah temu. Memberi kejutan yang menyenangkan, memberi pelukan yang menenangkan. Mengakhiri dengan kecup, menegaskan masa lalu telah ku tutup.
Sampai pada satu hati. Di satu cinta yang mendiami. Setia pada pilihan, walau jauh dari kesempurnaan. Sebab bahagia itu diciptakan bukan ditemukan. Bertanggung jawab secara adil pada setiap keping hatinya yang aku ambil. Bertanggung jawab secara penuh agar hubungan tetap utuh. Menjadi satu-satunya alasan cinta yang jatuh tanpa memaksa harapan lain harus runtuh. Menjagamu, tetap utuh di pelukanku, hingga terlepas oleh kehendak waktu.

Monday, May 4, 2015

KITA

Sebelum hadir kata kenyamanan pastikan bukan hanya penasaran belaka, karena kita sering melihat hati - hati yang patah ketika cinta belum benar benar merekah. dan semua itu berujung pada saling menyalahkan serta saling mencaci satu sama lain hingga akhirnya tak pernah ada lagi saling sapa.

Jatuh cinta tak bisa di katakan hal yang biasa, ada rindu yang jatuh di terik yang lupa berteduh, ada bosan yang bertolak pada sebuah angan yang menginginkan, serta tak akan ada sakit yang membekas pada hati yang selalu ikhlas.

maaf kata sederhana yang selalu menjadi juara, begitu mudah di berikan begitu mudah di lupakan berikut semua penjelasan tanpa henti berhenti menyakiti hingga janji sehidup semati serta pelukan hangat sehabis pertengkaran dan bisikan kata sayang yang menenangkan. kemudian lupa akan luka, hilang akan benci, perlahan berganti denga lepasnya genggaman sampai cinta terbunuh pelan - pelan.

Terutama tentang kita, sesederhana aku mencintaimu serumit itu kau mencintainya, sesederhana aku ingin membahagiakanmu serumit itu kau bahagia denganya.

Kau, kau adalah nama dalam doa yang selalu kubicarakan dengan tuhan. sebelum akhirnya aku sadar, satu huruf pun tak pernah aku dengar. namun ingat, pada kehilanganmu aku berpesan jangan mencariku, tapi tanyakan pada perasaanmu, adakah aku di masa depanmu ?.

Karena kita adalah satu ragu yang mengumpul untuk saling menjauh, kita adalah dua hati yang sudah enggan bertegur harap dalam janji, kita adalah tiga kata aku sayang kamu yang membisu dalam sepi dan kita adalah empat huruf yang tak bisa di persatukan kembali.