Saturday, October 14, 2017

HIDUP SELOW

Tidak akan menyangka oktober akan berjalan seperti ini. Seperti merayakan sebuah ketergesaan dalam balutan waktu yang seolah tidak ingin menunggu. Barisan hujan yang turun di awal oktober menjadi penanda lain, sampai sejauh mana saya berjalan sejauh ini?. Rasanya memang saya tak kemana mana.

Jakarta bulan ini selalu di awali dengan rintihan hujan. Rintihan hujan yang rasanya lebih nikmat kita lalui bersama semangkuk bubur pak Ratno dengan sambal pedas. Pak ratno selalu bilang “ bubur saya ini bisa bikin pagi sampeyan jadi lebih semangat loh mas, soalnya bubur ini saya bikin dengan penuh cinta ” . halah lambemu pak , seenak enaknya bubur sampeyan rasa nya tidak akan bisa mengalahkan enak nya selimutan pagi saat hujan di jakarta.

Entah kenapa bulan ini saya selalu di baluti rasa kemalasan setiap ingin melakukan aktifitas. Semangat yang dulu berkoar untuk dikeluarkan entah padam di persimpangan yang mana. Kelebihan energi disalurkan dengan dalih kegiatan demi kegiatan yang pada akhirnya mengantarkan pada pertanyaan, untuk apa ?.

Jangan tanyakan bagaimana kerjaan dan tugas tugas kuliah yang belum di sentuh sama sekali, lah wong janji untuk menyelesaikan bacaan novel akhir pekan ini saja tidak bisa. Belum lagi dengan tumpukan baju yang terbengkalai di sudut kamar, sudah hampir dua minggu belum saya evakuasi. Duh gusti saya ini sedang kerasukan setan apa.

Rasanya saya ingin pulang ke tegal kalau dalam kondisi seperti ini , Melepas rasa penat aktifitas yang saya lalui setiap hari. Jadi semenjak saya ngambil kuliah di weekend saya sudah tidak punya jatah buat selonjoran seharian. Bahkan ganti sempak yang deadline nya setiap hari saja kadang saya lupa karena saking sibuknya.

Senin – Jum’at dari pagi sampai malam saya kerja, sabtu dan minggu kuliah dengan durasi yang sama dari pagi sampai malam. belum lagi seabreg kegitasan organisasi yang kadang memaksa saya untuk tidak tidur seharian. kira nya teman teman juga bisa memaklumi mengapa sampai sekarang saya belum punya pasangan. Eh yang untuk masalah sempak jangan di kira sampai sekarang saya belum ganti yaa, saya sudah ganti sempak dari dua minggu yang lalu.

Tapi akhir akhir ini saya sedang tertarik untuk mengkaji mengenai the art of slow living. Atau bahasa kekekinian nya hidup selow . Bermula dari obrolan sederhana saya dengan pak sugeng saat ada rapat organisasi pemuda peduli lingkungan cengkareng, saya bercerita tentang kesibukan saya sekarang dengan beliau. Mendengar cerita kesibukan saya yang kata nya mirip mesin pabrik astra yang gak ada libur nya dalam seminggu, pak sugeng hanya senyum. lalu dengan santai nya pak sugeng Cuma jawab “hidup mu kurang selow mas , belajar lagi memaknai hidup“.  Jawaban yang sebenarnya tidak saya kehendaki keluar, tapi menisyaratkan makna.

Lama kelamaan saya mulai memahami apa itu yang di maksud hidup selow. Mungkin pak sugeng benar  kalau hidup saya terlalu terburu buru. Dalam artian apa yang saya lakukan setiap hari nya tidak lain hanya lah sebuah rasa ketakutan akan ketidak bisaan saya menjadi manusia yang mempunyai kebebasan finansial di usia semuda mungkin.

Masalah paranoia kaum urban yang selalu kepincut kredit adalah akar dari segala hidup yang terlalu terburu buru. Kita merasa takut jika tidak bisa mengejar harga rumah, belum lagi masalah gengsi, ibu dari kegagalan hidup prihatin.

Mau tidak mau saya harus menyadari bahwa saya dan teman teman yang memilih jalan seperti ini adalah korban dari korporasi yang terampil dalam memainkan ilusi.  Dalam konteks ilusi melonjaknya harga rumah yang sasaran tentunya keluarga muda pihak korporasi terus membombardir pesan untuk sesegera mungkin membeli properti jika tak ingin harga segera naik meski produk yang di jual sebetulnya di produksi secara massal.

Ketakutan dan gengsi kami adalah bahan baku utama para korporasi ini dalam bisnis mereka. Padahal kenaikan harga properti hanya terjadi apabila ada pembelian secara massal. Ketika kita tidak membeli secara tergesa gesa tentu tidak akan terjadi kenaikan bahkan bisa saja turun. Namun jelas ini disadari mereka agar tidak ada kerugian. Dengan bahan baku itu mereka membakar semangat kami agar terburu buru membeli, dan kami pun sukses berlomba lomba untuk bisa membeli agar harga tidak naik.

Tanpa di sadari ternyata ketakutan kita sendiriah yang menyebabkan harga properti melonjak. Dan akhirnya kita menggadaikan apa saja yang kita miliki, termasuk kekuatan waktu luang yang sejati nya penting untuk melakukan inovasi. Waktu luang itu kita pakai untuk bekerja memutar roda korporasi lalu di eksploitasi karena kita harus terus menerus membayar hutang. Tak sadar bahwa masa muda ini tak bisa kembali , dan kita terus menerus di kejar kejar oleh kebutuhan sampai menggadaikan kekuasaan dalam diri untuk pencarian uang yang tak ada hentinya.

Selow adalah kunci. Saya beruntung bertemu pak sugeng yang sedikit merubah sudut pandang saya tentang hidup. Walaupun saya juga harus mawas diri agar tidak terus menerus dalam lingkungan paranoid ini. Lalu saya mencari tahu apa hal sederhana yang bisa di lakukan untuk mengatasi ini ?. pulang kampung dan mengamati kehidupan orang orang desa mungkin jawabanya. Orang orang yang menekuni the art of slow living yang sayang nya sering kita maknai sebagai bermalas malasan.
Semoga sepulangnya dari kampung saya bisa memetik apa itu the art of slow living, agar tidak tergesa gesa dalam menjalani hidup ini.

(cerita akan di lanjutkan setelah saya pulang kampung)
MRH




Sunday, October 1, 2017

WANITA DI KELAS BISNIS INGGRIS

Jadi ceritanya di semester ini saya mengambil mata kuliah bisnis inggris sebagai pelengkap 22 sks yang saya dapat. Walaupun sebenarnya tidak terlalu penting , mata kuliah ini harus tetap di ambil sebagai salah satu syarat lulus nanti.

Hal pertama yang terfikir dalam benak saya ketika mendengar kata bahasa inggris adalah membosankan. Dalam sejarah saya mengikuti pendidikan formal dari sekolah dasar sampai kuliah saya sama sekali belum pernah mendapatkan nilai sempurna dalam pelajaran bahasa inggris. Kosa kata bahasa inggris yang saya tau juga terbatas , hanya kata kata oh no oh yess , making love , big tits , big boobs itu saja yang saya tau.

Tapi jangan di artikan saya ini anti asing gara gara tidak menyukai bahasa inggris. Saya juga tetap berusaha untuk mau dan bisa menyukai bahasa inggris. Salah satu cara saya untuk menumbuhkan rasa ingin belajar bahasa inggris dengan menonton film film hollywod yang bergenre drama dan romantis. Karena kedua genre film tersebut biasa nya menggunakan kosa kata dalam percakapan sehari hari, selain itu kita juga tidak terlalu fokus pada adegan seperti saat kita menonton film action yang sedikit menyampingkan percakapan.

The paddington menjadi salah satu rujukan film untuk saya belajar bahasa inggris. Film ini akan membimbing kita belajar bahasa inggris dengan santai dan mudah karena cerita pada film ini alurnya sederhana. Sejujur nya film ini sedikit membuat saya malu. dalam film ini di ceritakan seekor beruang yang fasih dalam berbicara inggris dengan aksen britishnya, seekor beruang loh bisa berbahasa inggris, masa iya saya yang manusia tidak bisa. Selain the paddington masih banyak lagi film yang bisa sebagaI rujukan belajar bahasa inggris, seperti film forrest gump yang akan membuat kita tertawa karena melihat tokoh utama nya yang selalu gugup ketika berbicara dengan lawan jenis, Raja Inggris di The King’s Speech yang masih harus belajar ngomong bahasa Inggris yang bakal jadi mood booster semangat belajar , atau Kata-kata sederhana yang dinarasikan oleh Tom dalam 500 Days of Summer yang punya artikulasi jelas dan pengucapan yang pelan sangat cocok buat latihan listening.

Awalnya saya malas ketika memulai pertemuan pertama pada mata kuliah bisnis inggris semester ini. Alasan nya masih sama , membosankan. Karena menurut saya tidak ada bahasa yang lebih indah dari pada bahasa jawa di dunia ini dalam esensi komunikasi sesama manusia. Tetapi saat pertama kali masuk ruang kelas saya langsung di hadapakan pada bidadari berhijab yang langsung meretakan rasa malas saya dalam kelas bisnis inggris ini.  “Duh gusti panjenenengan pentol banget bisa menciptakan wanita se indah ini, subhanallah” gumam saya saat pada pandangan pertama itu. Muka nya sederhana , tidak ada bedak tebal yang membaluti, begitu juga dengan bibir tipis nya yang tak tampak ada olesan lipstik. Sederhana sekali wanita ini, sukma kenidahan dalam diri nya lah yang membuat saya terposana.

Selama sesi kelas tidak henti henti nya saya memandangi wanita itu, wanita itu  bagai candu yang dengan mudah nya saya terima. Semoga bertemu denganmu membuat stagnan belajar bahasa inggris menjadi lebih menyenangkan.

Saya duduk tepat di bangku belakang wanita itu. Benak saya selalu saja ingin segera memulai konsep dasar dalam sebuah perkenalan, basa basi. Tapi kali ini saya menahan diri untuk tidak mendekati nya. Belajar dari pengalaman pada perkenalan sebelum sebelumnya saya selalu terlalu dini menciptakan sebuah kenyamanan yang mana hal itu akan menjadi duri dalam daging, atau dalam istilah kekinian nya baper. jadi untuk kali ini saya lebih memilih untuk diam dan cukup menyimpan rasa kagum itu dalam hati saja.

Bukan saya tidak berani , toh pada akhirnya juga sama ending nya. Persoalan culture differences dan personal interest masih menjadi masalah utama. Saya masih belum bisa menjadi pribadi yang baik dan menyenangkan kepada wanita yang saya yakini akan menjadi jodoh saya.

Pada kesempatan kali ini saya memilih untuk menyampingkan ego sifat ganas playboy yang ada dalam diri saya. Buat apa saya repot repot untuk mencoba berkenalan pdkt dengan wanita itu jika akhirnya saya baper sendiri. Tapi kan belum di coba ? percayalah saya yang tau arah hati saya mau kemana, selagi saya masih seperti ini sulit bagi saya untuk bisa berkomitmen dalam sebuah hubungan. Untuk itu sekarang lebih baik saya terus berusaha memperbaiki pribadi menjadi lebih baik dan menyenangkan. Bukanya tidak mau berjuang, tapi alangkah baiknya seperti itu dari pada membuat sebuah hubungan singkat singkat seperti sebelum sebelumnya. Saya lelah.

Mending membebaskan diri dulu, menjalani hidup penuh dengan kebebasan sangatlah menyenangkan. Kita bisa mengeksplor segal hal baru yang sebelumnya kita belum pernah tau. Tidak pernah ada ceritanya saya merasa bosan dengan kota ini, seluruh sudut selalu saya eksplor untuk mendapatkan sesuatu hal baru. Sampai pada akhirnya sekarang kita memasuki musim hujan, jakarta kembali menjadi kota yang tidak ramah dengan banjirnya. Rasanya mungkin bulan ini saya akan sering menghabiskan waktu untuk di rumah dan membaca buku buku.  

Percayalah saya juga ingin menjalani sebuah hubungan yang menyenangkan dan saling memberikan sebuah kebaikan. Bukan seperti hubungan rumitnya Zainab dan siDoel anak sekolahan, juga bukan sesederhana perasaan Mpret dan Elektra dalam Supernova Petir. Tapi untuk masa ini saya memilih untuk tidak gegabah lagi dalam menyimpulkan cinta. Salah satu resolusi saya adalah berusaha mengurangi area ragu-ragu dan lebih yakin kepada diri sendiri. Kalau memang sudah saatnya berkomitmen lagi, pasti akan ada jalan untuk menjalankan niat tersebut.

Teruntuk mbak mbak yang saya kagumi di kelas bisnis inggris, jika memang kelas bisnis inggris di universitas esa unggul bukan tempat saya untuk memperjuangkanmu, saya pastikan di universitas alam semesta kelas dinamika kehidupan nanti lah saya akan berjuang mati matian.


(MRH)