Tempo hari saya datang ke minimarket
buat belanja. Mbak penjaga tokonya ngajak ngobrol sambil menunggu proses
pembayaran.
“Mas Istrinya gak di ajak?”
Saya ketawa. “Saya belum nikah
mbak”
“waduh dari mukanya saya gak
percaya mas” sambung dia.
Ya saya jawab apa adanya. Memang
saya belum menikah, perihal muka kelihatan tua itu karena faktor kumis dan
jenggot yang lebat saja. Mbaknya bilang “oh” dan kelihatan agak malu.
Saya sih santai aja. Kadang ada
orang yang merasa tersinggung dengan pertanyaan seperti itu, menganggapnya
mengusik privasi, kepo, dan sebagainya. Tapi saya coba pakai sudut pandang
lain. Siapa tahu mbaknya ada niat baik, mau menawarkan cukuran jenggot supaya
wajah saya bisa terlihat lebih fresh dan muda. Atau mungkin dia sedang butuh
cerita dan saran dari mas mas muda dengan tampang tua, jadi dia mau
tanya-tanya. Toh nada mbaknya terdengar tulus waktu dia bertanya. Saya juga
yakin kalau kebanyakan orang tidak ada maksud buruk ketika mengajukan
“pertanyaan-pertanyaan kepo” seperti itu. Masa iya sih mbaknya sengaja
memprovokasi saya, seorang pelanggan di tokonya.
Setelah itu kami lanjut ngobrol.
Ya santai aja. Setelah transaksi belanja, kami berpisah dengan senyum.
Kadang kita bisa meminta orang
lain untuk berhenti mengajukan pertanyaan kepo, tapi sering kali ini tidak bisa
dihindari. Kadang kita yang harus mengubah cara pandang kita dan cara kita
menanggapi pertanyaan-
0 comments:
Post a Comment