Wednesday, July 22, 2020

PERTANYAAN KEPO

Tempo hari saya datang ke minimarket buat belanja. Mbak penjaga tokonya ngajak ngobrol sambil menunggu proses pembayaran.

“Mas Istrinya gak di ajak?”

Saya ketawa. “Saya belum nikah mbak”

“waduh dari mukanya saya gak percaya mas” sambung dia.

Ya saya jawab apa adanya. Memang saya belum menikah, perihal muka kelihatan tua itu karena faktor kumis dan jenggot yang lebat saja. Mbaknya bilang “oh” dan kelihatan agak malu.

Saya sih santai aja. Kadang ada orang yang merasa tersinggung dengan pertanyaan seperti itu, menganggapnya mengusik privasi, kepo, dan sebagainya. Tapi saya coba pakai sudut pandang lain. Siapa tahu mbaknya ada niat baik, mau menawarkan cukuran jenggot supaya wajah saya bisa terlihat lebih fresh dan muda. Atau mungkin dia sedang butuh cerita dan saran dari mas mas muda dengan tampang tua, jadi dia mau tanya-tanya. Toh nada mbaknya terdengar tulus waktu dia bertanya. Saya juga yakin kalau kebanyakan orang tidak ada maksud buruk ketika mengajukan “pertanyaan-pertanyaan kepo” seperti itu. Masa iya sih mbaknya sengaja memprovokasi saya, seorang pelanggan di tokonya.

Setelah itu kami lanjut ngobrol. Ya santai aja. Setelah transaksi belanja, kami berpisah dengan senyum.

Kadang kita bisa meminta orang lain untuk berhenti mengajukan pertanyaan kepo, tapi sering kali ini tidak bisa dihindari. Kadang kita yang harus mengubah cara pandang kita dan cara kita menanggapi pertanyaan-


0 comments:

Post a Comment