“jika memang marahmu adalah hukuman untuk membuatku jera merokok, maka
aku akan terima”
Sejak subuh tadi jakarta di guyur
hujan lebat yang berakibat merekat nya bantal di muka secara permanent. Hujan di
bulan februari ini selalu di kait kait kan dengan perayaan imlek , jujur saya
belum mengerti apa korelasi nya. Tapi biarkan saja pasti ada kepercayaan
kepercayaan tertentu yang orang percai. Initnya saya ikut senang saat imlek ,
karena Cuma di hari imlek saya bisa makan jeruk sepuas nya.
Tapi suara rintihan hujan di
kamis ini tak semerdu suara rintihan hujan di hari minggu, bukan karena tidak
tercium nya bau nasi goreng spesial buatan bude, tapi memang rasanya hari ini
saya tidak bisa bersantai santai di rumah, Sebab masih banyak deadline
pekerjaan yang harus saya selesaikan di minggu ini.
Segeralah dengan brutal saya
angkat badan dari belenggu kenyamanan kasur , bergegas mandi dan bersiap untuk
berangkat ke kantor. Tapi memang sepertinya hujan itu ibarat kryptonite.
Melemahkan dan memalaskan. Sesekali saya melirik awan hitam yang menggelayut di
kejauhan, beberapa kali pula niat saya untuk berangkat ke kantor luntur di bawa
angin. Pikir saya percuma saja saya
masuk kerja kalau nanti masuk angin.
Rupanya cuaca mendung tidak
menghalangi beberapa orang untuk berpergian dan beraktivitas. Saya berpapasan
dengan pak ratno penjual bubur ayam langganan yang terlihat semangat mendorong
gerobak nya, tidak ada tampak raut khawatir di wajahnya. Sementara saya masih
saja bolak balik melihat intesitas hujan. Cemen ahhh!!. Akhirnya dengan rasa
nekad saya memberanikan diri untuk berangkat , walaupun ada hirauan dari bude
untuk menunggu sebentar lagi, tapi hirauan itu tak saya anggukan.
Namun sial nya di sekitar jalan
raya pedongkelan seberang daan mogot, hujan mulai dengan kasar turun ke bumi. Semangat
yang sudah terbakar tiba tiba langsung padam pergi ke arah warkop mas amri yang
memang kebetulan dekat. Sekaligus menegaskan
kalau memang hari ini hari kelabu bagi saya.
“ eh kumis, sini mis masuk tar kamu masuk angin” sapa mas amri dengan
logat jawanya yang kental. Saya dan mas amri memang sudah kenal lama sejak kami
berdua bertemu di komunitas pecinta via vallen (Vianisty). Selain karena
kekaguman kami dengan mbak via vallen, komunitas ini juga mempunyai misi yang
cukup mulia, yaitu misi untuk mengkoplokan indonesia dari jajahan musik barat.
“ Mas indocafe satu ya mas, yang anget. “ ucap saya kepada mas amri
sembari membuka jaket saya yang basah kehujanan. Tak lama kemudian indocafe
pesanan saya datang, di barengi dengan sepiring mendoan dari mbak ani istri
dari mas amri. “wehh mendoan nya, tau aja
mbak ani obat yang bikin saya jadi gak kedinginan” ujar saya. Di kalangan
paguyuban warkop se cengkareng saya rasa hanya warkop mas amri saja yang
menyediakan mendoan, berbeda dengan warkop pada umumnya yang konsen menjual mie
instan dan kopi semata.
“kamu terakhir beli mendoanku pas malam malam buat pacarmu itu loh mis,
lama banget gak beli lagi” cetus mbak ani.
“hehe iya mbak, beberapa bulan ini saya lagi sibuk organisasi. Sampe
lupa sowan ke warung lagi”
“owalah ,terus gimana pacarmu sekarang ?”
“alhamdulliah dia masih waras, dan tetep jadi wanita” jawab ku
dengan di ikuti gelengan kepala dari mbak ani.
Hujan masih saja belum berhenti
seperti kesedihan yang hari ini belum usai di hati . Teringat dengan kekecewaan
annisa samalam yang membuat hari ini tak bersemangat. sampai tak sadar sudah
hampir setengah jam saya mengaduk kopi hingga lupa meminum nya.
“mis koe ki ngelamun dari tadi mikirin apa ? , kopi mu sudah jadi agar
itu” tanya mas amri dengan keheranan.
“ehh sorry mas , hehehe”
“mikiri apa ? dari tadi mata mu kosong, pasti ada yang di pikirin”
“pacarku yang waktu itu saya beliin mendoan malam-malam loh mas, masih
ingat ?”
“ya, kenapa dia ? berubah jadi cowok ?”. tanya mas amri dengan
penasaran , sekaligus mempertanyakan bentuk asli annisa.
“semalam saya bikin dia kecewa mas”.
“nah loh, emang nya kenapa ?”
“ saya ketahuan ngerokok mas “ jawab saya dengan menyeruput kopi
yang sudah lama diaduk.
“ bukanya kamu sudah berhenti merokok ? “
“ iya tapi kemarin sore saya nyoba sebatang lagi.”
Mungkin sudah hampir tiga bulan
ini saya sedang mencoba untuk berhenti merokok. Niatan ini hasil diskusi
panjang dengan annisa yang mematahkan argumen saya tentang merokok. Kata annisa
harusnya saya bisa berhenti merokok juga tanpa alasan karena awal saya merokok
juga dengan tanpa alasan. harusnya kamu
bisa dengan mudah dan tanpa alasan dong berhenti merokok , awal kamu merokok
juga tanpa alasan. Sepenggal argumen yang sampai saati ini menjadi kekuatan
tetap kenapa saya berhenti merokok.
Saya jadi teringat cerita mbak
ani ketika dia mati matian memperjuangkan mas amri untuk berhenti merokok. Mbak
ani pernah bilang bahwa kunci utamanya adalah komitmen atau niat, disisi lain
dukungan dari orang terdekat sangat berpengaruh.
Walapun annisa jutek percayalah tidak
selamanya orang jutek itu acuh. Biasanya justru mereka memiliki segudang
perhatian walaupun harus dengan kata-kata yang tajam. Ada sindiran dan dorongan
untuk mengubah orang. Begitulah cara annisa, dan begitulah mungkin cara nya
untuk memaknai hidup. Dengan melihat sudut pandang dan memaknai absurditas
dunia dengan kenyinyiran.
saya menikmati di tiga minggu
terakhir ini menjadi lelaki yang bebas rokok, menyenangkan dan bikin gendut. Annisa
selalu memberikan sudut pandang baru yang tentunya agar saya berhenti bukan
semata mata karena dia, melain kan karena pemikiran sendiri.
Annisa dimanapun kamu saati ini
membaca tulisan ini, jika memang kemarahanmu adalah sebuah hukuman untuk
menjadikan saya jera merokok, maka saya terima. Buat saya ini adalah hukuman
terberat dan sakit ketimbang rasa kecut menahan tidak merokok. Pasti ada banyak
makna di balik kemarahanmu, tapi bukan berrti kamu tidak memaafkan bukan ?.
terakhir sekaligus menyudahi
tulisan ini karenan memang hujan sudah reda, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih
atas sedikit pemikiran baru mu yang mengubah sudut pandangku, setidaknya saat
ini kamu menjadi orang pertama yang berhasil mengubah sudut pandangku tentang rokok, maaf telah membuatmu kecewa.
MRH