Atas nama hati yang dengan
mudahnya kau curi sejak pertama kali kau menjadi pengawas di ujian akhir
semesterku , izin kan aku untuk menulis sedikit demi sedikit goresan rasa yang
ku tuangkan di blog ini.
Sudah lama rasanya aku tidak
jatuh cinta. Debar bahagia aku siap menyambutnya. Patah hati pun aku terima,
yang terpenting kini hatiku bukan lagi tentang dia. Telah aku bersihkan
debu-debu usang yang merekat di dinding hatiku. Menghanguskan sisa ruang yang
pernah dia tempati, menyiapkan singgasana untuk satu permaisuri. Iya, satu
saja. Aku tak begitu pandai bersiasat untuk berbagi tempat, sehingga melupakan
adalah hal yang begitu berat. Namun dibandingkan cintaku, semesta pun terlalu
ringan bila aku telah menaruh perasaan.
Sebelum semuanya terlampau
jauh dan di hatimu aku benar-benar jatuh. Aku mohon siapkan otot wajahmu
terutama bagian pipi Sebab tertawa bersamaku bisa jadi begitu lama, dan sungguh
aku tak ingin senyum indahmu mati. Maaf jika aku begitu lancang ingin melahap
bola matamu, juga mengoleksi setiap cemberutmu. Sungguh kamu begitu
menggemaskan, buatku semakin percaya kemampuan penciptaan Tuhan.
Pundak dan telingaku, miliki
dan pergunakan sepuasmu. Terutama saat kebingungan melanda, ia akan tetap
menenangkanmu dengan setia. Aku serahkan pelukan sebagai hadiah asalkan hatimu
tak lagi dirundung resah. Jangan ragu untuk meminta tolong, kelak aku juga akan
merepotkanmu. Sejatinya cinta ada di tiap terpuruk, pada setiap cobaan kita
akan saling menguatkan. Jangan takut apalagi meragu, disampingmu kini ada aku.
Izinkan aku mematenkan rindu,
memelukmu agar nyata segala kangen. Menyanjungmu dalam perhatian, melepas lelah
mereda masalah. Begitu lemah aku menerima derita sendirian, dan aku butuh
tempat untuk berbagi kebahagiaan. Masa-masa sulit akan kita serap bersama. Aku,
kamu, meriwayatkan kisah menandai masa lalu telah sirna. Kita adalah rahasia,
dimana orang-orang akan terus bertanya kenapa kita bisa begitu bahagia.
Namun berujarlah jika memang
kau tak menginikan semua ini, jika kau tak tega melihatku merasa kesakitan atas
semua pengharapan ini. Agar aku mengerti dan mensadarkan diri untuk tidak
mendekati seseorang yang memang sejatinya sedang menjauhiku.
Teruntukmu , Mbak mbak
pengawas ujian.